Selasa, 27 Januari 2009

sistim euglena

euglena


Euglena viridis.

Euglena viridis adalah salah satu ganggang hijau bersel tunggal yang berbentuk lonjong dengan ujung anterior tumpul dan meruncing pada ujung posterior. Setiap sel Euglena dilengkapi dengan sebuah bulu cambuk (flagel) yang tumbuh pada ujung anterior sebagai alat gerak. Pada ujung anterior ini juga terdapat celah sempit yang memanjang ke arah posterior. Pada bagian posterior, celah ini melebar dan membentuk kantong cadangan atau reservoir. Flagel terbentuk di sisi reservoir. Di sisi lain dari flagel terdapat bintik mata yang sangat peka terhadap rangsangan sinar matahari. Tubuh Euglena terlindung oleh selaput pelikel, sehingga bentuk tubuhnya tetap. Di sebelah dalam selaput pelikel terdapat sitoplasma. Di dalam sitoplasma ini terdapat berbagai organel seperti plastida, kloroplas, nukleus, vakuola kontraktil, dan vakuola nonkontraktil.
Euglena dapat hidup secara autotrop maupun secara heterotrop. Pada saat sinar matahari mencukupi, Euglena melakukan fotosintesis. Tetapi bila tidak terdapat sinar matahari, Euglena mengambil zat organik yang terlarut di sekitarnya. Pengambilan zat organik dilakukan dengan cara absorbsi melalui membran sel. Selanjutnya, zat makanan itu dicernakan secara enzimatis di dalam sitoplasma.

Senin, 26 Januari 2009

jenis-jenis jamur

A. JAMUR ATAU CENDAWAN EDIBLE
1. Jamur tiram putih (Pleurotus Florida)
2. Jamur tiram merah (Pleurotus Flatellatus)
3. Jamur tiram coklat (Pleurotus Cycstidiosus)
4. Jamur kuping (Auricularia Polytrica)
5. Jamur shii take (Lentiunue Edodes)
Jamur edible merupakan jenis jamur yang memiliki rasa sangat enak dimakan dan banyak mengandung protein nabati dan zat zat yang sangat diperlukan oleh tubuh manusia.

B. JAMUR ATAU CENDAWAN NON EDIBLE
1. Jamur ling-zhi (Ganoderma Applannatum)
Merupakan jenis jamur yang tidak enak di makan namun mempuynai khasiat untuk ramuan obat.
Di Indonesia di kenal jamur ling-zhi ( bahasa China berarti pohon kehidupan) atau jamur REISHI (bahasa Jepang berarti jamur spiritual, yang mendatangkan keberuntungan)

C. BUDI DAYA
1. Pembuatan bibit
a. Kultur murni
a. pembuatan media tanam
Media yang digunakan untuk menumbuhkan dan merawat kultur murni adalah PDA ( Potato Dextrose Agar )
b. Pemilihan induk
c. Pengambilan dan penanaman eksplan
1. Kultur jaringan.
2. Kultur spora.
b. Bibit induk (F1)
c. Bibit media Sub kultur (F2)
d. Bibit Semai (F3)

D. CARA BUDIDAYA
Tahap-tahap budi daya jamur kayu

Serbuk kayu ----- Perendaman -----Penjemuran -----Sterilisasi I ----- Pencampuran ----- Pengomposan ----- Pewadahan ----- Sterilisasi II ----- Pendinginan ----- Inokulasi ----- Inkubasi ----- Seleksi ----- Penumbuhan ----- Pemanenan ----- JAMUR SEGAR.

UD. AJI SAKA JAMUR menyediakan JAMUR SEGAR, JAMUR KERING, BIBIT JAMUR FI, F2,F3 untuk semua jenis jamur kayu, juga menyediakan MEDIA TANAM yang telah DI INOKULASI, serta MENERIMA PELATIHAN BUDI DAYA JAMUR KAYU bagi MASYARAKAT luas yang ingin menekuni bisnis jamur kayu.


Tiram Putih Tiram Merah Tiram Coklat

Jamur Kuping Jamur Shi-take Jamur Lingzhi

Bibit botol jamur Media tanam jamur Tempat tumbuh jamur

jamur

Jamur dalam bahasa Indonesia memiliki beberapa arti yang agak berkaitan:

  1. Jamur adalah tubuh buah yang tampak di permukaan media tumbuh dari sekelompok fungi (Basidiomycota) yang berbentuk seperti payung: terdiri dari bagian yang tegak ("batang") dan bagian yang mendatar atau membulat. Secara teknis biologis, tubuh buah ini disebut basidium. Beberapa jamur aman dimakan manusia bahkan beberapa dianggap berkhasiat obat, dan beberapa yang lain beracun. Contoh jamur yang bisa dimakan: jamur merang (Volvariela volvacea), jamur tiram (Pleurotus), jamur kuping (Auricularia polytricha), jamur kancing atau champignon (Agaricus campestris), dan jamur shiitake (Lentinus edulis).
  2. Jamur adalah keseluruhan bagian dari fungi: tubuh buah, dan bagian jaring-jaring di bawah permukaan tanah atau media mycelia yang tersusun dari berkas-berkas hifa.
  3. Jamur adalah sebutan lain untuk kapang. Makna ini misalnya dapat disimak dari ungkapan "Rotinya sudah berjamur" yang maksudnya adalah 'rotinya telah ditumbuhi kapang'.

Jumat, 16 Januari 2009

jalak bali

Langsung ke: navigasi, cari
Jalak Bali

Status konservasi
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Aves
Ordo: Passeriformes
Famili: Sturnidae
Genus: Leucopsar
Stresemann, 1912
Spesies: L. rothschildi
Nama binomial
Leucopsar rothschildi
Stresemann, 1912

Jalak Bali atau dalam nama ilmiahnya Leucopsar rothschildi adalah sejenis burung pengicau berukuran sedang, dengan panjang lebih kurang 25cm, dari suku Sturnidae. Jalak Bali memiliki ciri-ciri khusus, di antaranya memiliki bulu yang putih di seluruh tubuhnya kecuali pada ujung ekor dan sayapnya yang berwarna hitam. Jalak Bali memiliki pipi yang tidak ditumbuhi bulu, berwarna biru cerah dan kaki yang berwarna keabu-abuan. Burung jantan dan betina serupa.

Endemik Indonesia, Jalak Bali hanya ditemukan di hutan bagian barat pulau Bali. Burung ini juga merupakan satu-satunya spesies endemik Bali, dimana pada tahun 1991 dinobatkan sebagai lambang fauna provinsi Bali. Keberadaan hewan endemik ini dilindungi undang-undang.

Jalak Bali ditemukan pertama kali pada tahun 1910. Nama ilmiah Jalak Bali dinamakan setelah pakar hewan berkebangsaan Inggris, Walter Rothschild, yang merupakan orang pertama yang mendeskripsikan spesies ini ke dunia pengetahuan pada tahun 1912.

Dikarenakan penampilannya yang indah dan elok, Jalak Bali merupakan salah satu burung yang paling diminati oleh para kolektor dan pemelihara burung. Penangkapan liar, hilangnya habitat hutan, serta daerah dimana burung ini ditemukan sangat terbatas menyebabkan populasi Jalak Bali cepat menyusut dan terancam punah dalam waktu singkat. Untuk mencegah hal ini sampai terjadi, sebagian besar kebun binatang di seluruh dunia menjalankan program penangkaran Jalak Bali.

Jalak Bali dievaluasikan sebagai kritis di dalam IUCN Red List serta didaftarkan dalam CITES Appendix I.

Langsung ke: navigasi, cari
Jalak Bali

Status konservasi
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Aves
Ordo: Passeriformes
Famili: Sturnidae
Genus: Leucopsar
Stresemann, 1912
Spesies: L. rothschildi
Nama binomial
Leucopsar rothschildi
Stresemann, 1912

Jalak Bali atau dalam nama ilmiahnya Leucopsar rothschildi adalah sejenis burung pengicau berukuran sedang, dengan panjang lebih kurang 25cm, dari suku Sturnidae. Jalak Bali memiliki ciri-ciri khusus, di antaranya memiliki bulu yang putih di seluruh tubuhnya kecuali pada ujung ekor dan sayapnya yang berwarna hitam. Jalak Bali memiliki pipi yang tidak ditumbuhi bulu, berwarna biru cerah dan kaki yang berwarna keabu-abuan. Burung jantan dan betina serupa.

Endemik Indonesia, Jalak Bali hanya ditemukan di hutan bagian barat pulau Bali. Burung ini juga merupakan satu-satunya spesies endemik Bali, dimana pada tahun 1991 dinobatkan sebagai lambang fauna provinsi Bali. Keberadaan hewan endemik ini dilindungi undang-undang.

Jalak Bali ditemukan pertama kali pada tahun 1910. Nama ilmiah Jalak Bali dinamakan setelah pakar hewan berkebangsaan Inggris, Walter Rothschild, yang merupakan orang pertama yang mendeskripsikan spesies ini ke dunia pengetahuan pada tahun 1912.

Dikarenakan penampilannya yang indah dan elok, Jalak Bali merupakan salah satu burung yang paling diminati oleh para kolektor dan pemelihara burung. Penangkapan liar, hilangnya habitat hutan, serta daerah dimana burung ini ditemukan sangat terbatas menyebabkan populasi Jalak Bali cepat menyusut dan terancam punah dalam waktu singkat. Untuk mencegah hal ini sampai terjadi, sebagian besar kebun binatang di seluruh dunia menjalankan program penangkaran Jalak Bali.

Jalak Bali dievaluasikan sebagai kritis di dalam IUCN Red List serta didaftarkan dalam CITES Appendix I.

kadal


Kadal
Rentang fosil: Jura - kini
"Lacertilia", menurut Ernst Haeckel, Kunstformen der Natur (1904)
"Lacertilia", menurut Ernst Haeckel, Kunstformen der Natur (1904)
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Superkelas: Tetrapoda
Kelas: Sauropsida
Ordo: Squamata
Upaordo: Lacertilia
Günther, 1867
Suku

Banyak, lihat pada teks.

Kadal adalah hewan bersisik berkaki empat yang termasuk kelompok reptil. Secara luas, pengertian kadal atau kerabat kadal (bahasa Inggris: lizards) juga mencakup kelompok cecak, tokek, bunglon, cecak terbang, biawak, iguana dan lain-lain. Sedangkan secara sempit, istilah kadal dalam bahasa Indonesia biasanya merujuk terbatas pada kelompok kadal yang umumnya bertubuh kecil, bersisik licin berkilau, dan hidup di atas tanah (Ingg.: skink, suku Scincidae, atau umumnya anggota infraordo Scincomorpha).

Jadi, secara umum kadal ini mencakup jenis-jenis yang bertubuh kecil seperti kadal pasir Lygosoma, sampai ke biawak Komodo (Varanus komodoensis) yang bisa mencapai panjang lebih dari 3 m. Secara ilmiah, kelompok besar ini dikenal sebagai subordo atau anak bangsa Lacertilia (=Sauria), bagian dari bangsa hewan bersisik (Squamata).

Anak bangsa Lacertilia pada umumnya memiliki empat kaki, lubang telinga luar, dan pelupuk mata yang dapat dibuka tutup. Meskipun demikian, sebagai kekecualian, ada pula anggota-anggotanya yang tidak memiliki sebagian ciri itu. Contohnya adalah ‘ular’ kaca (glass snake atau glass lizard, suku Anguidae) yang tak berkaki.

Daftar isi

[sembunyikan]

Biologi

Kadal kebun (Mabuya multifasciata) betina tengah berjemur

Selain karakter yang disebutkan di atas, sebagaimana galibnya reptil, kadal berdarah dingin (itu sebabnya kadal kerap berjemur) dan mempunyai sisik-sisik yang beraneka bentuknya yang terbangun dari zat tanduk. Terdiri tak kurang dari 40 suku, kadal memiliki pola warna, bentuk dan ukuran yang sangat beragam. Sebagian jenis mempunyai sisik-sisik yang halus berkilau, terkesan licin atau seperti berminyak, walaupun sebenarnya sisik-sisik itu amat kering karena kadal tidak memiliki pori di kulitnya untuk mengeluarkan keringat atau minyak.

Kebanyakan kadal bertelur (ovipar), meskipun ada pula yang melahirkan anak (vivipar). Juga, umumnya kadal dapat menumbuhkan kembali ekor atau bahkan tungkai yang terputus.

Beberapa spesies kadal tak berkaki, seperti ular kaca misalnya, memiliki struktur gelangan bahu dan panggul dalam tubuhnya, meski tak ada tungkainya. Meski bentuknya mirip, kadal-kadal ini bisa dibedakan dari ular sejati karena memiliki pelupuk mata yang dapat digerakkan, lubang telinga luar, dan dapat memutuskan ekornya dalam keadaan bahaya; ciri-ciri yang tak dimiliki oleh ular.

Banyak jenis kadal yang merupakan pemanjat pohon yang baik atau pelari cepat. Beberapa di antaranya bahkan dapat berlari di atas dua kaki dengan amat cepatnya, seperti halnya kadal tercepat di dunia: iguana berekor duri dari marga Ctenosaura.

Kadal-kadal tertentu, misalnya bunglon, dapat berganti warna sesuai kondisi lingkungan atau suasana hati. Meski kebanyakan hidup di daratan, umumnya kadal dapat berenang dengan baik. Beberapa jenisnya, seperti biawak, bahkan beradaptasi dengan baik di lingkungan perairan.

Habitat dan Makanan

Kebanyakan kadal tinggal di atas tanah (terestrial), sementara sebagiannya hidup menyusup di dalam tanah gembur atau pasir (fossorial). Sebagian lagi berkeliaran di atas atau di batang pohon (arboreal). Alih-alih sebagai predator penyergap, kebanyakan kadal aktif menjelajahi lingkungannya untuk memburu mangsa.

Walaupun kebanyakan jenisnya adalah binatang pemangsa (predator), namun sesungguhnya makanan kadal sangat bervariasi. Mulai dari buah-buahan dan bahan nabati lain, serangga, amfibia, reptil yang lain, mamalia kecil, bangkai, bahkan kadal besar semacam biawak Komodo juga dapat memburu mamalia besar, hingga sebesar rusa atau babi hutan.

Kadal-kadal bertubuh kecil memakan aneka serangga seperti nyamuk, lalat, ngengat dan kupu-kupu, berbagai tempayak serangga, cacing tanah, sampai kodok dan reptil yang lain yang berukuran lebih kecil. Kadal kebun (Mabuya multifasciata) terkadang memangsa kodok tegalan (Fejervarya limnocharis), bahkan suka memanjat tembok yang kasar untuk menangkap cecak kayu (Hemidactylus frenatus) yang terlengah.

[sunting] Kadal yang berbisa

Kadal raksasa Gila, Heloderma s. suspectum

Hingga kini dikenal dua jenis kadal yang gigitannya terbukti berbisa: yakni kadal raksasa Gila dan kadal manik-manik Meksiko. Kedua jenis kadal yang berkerabat ini hidup di baratdaya Amerika Serikat dan Meksiko utara. Meski ada banyak mitos dan legenda yang beredar menyangkut kedua makhluk tersebut, dan fakta bahwa gigitan mereka bisa menyebabkan luka yang serius, namun sejauh ini tidak ada catatan mengenai kematian yang terjadi pada manusia akibat gigitannya.

Penelitian di Australia belum lama ini[1] memperlihatkan adanya kemungkinan beberapa jenis kadal kerabat iguana dan biawak memiliki kelenjar bisa pula. Meskipun, jika dugaan ini benar, bisa ini diyakini tidak atau hanya sedikit membahayakan manusia, mengingat bahwa bisa ini dikeluarkan kadal-kadal tersebut sedikit demi sedikit melalui proses mengunyah mangsanya, dan bukan disuntikkan sekaligus dalam jumlah besar sebagaimana pada gigitan ular berbisa.

Sebelumnya diyakini bahwa pembengkakan dan iritasi yang terjadi akibat gigitan kadal-kadal itu ialah karena adanya infeksi bakteri yang menyertai gigitan. Hal ini masih benar pada kebanyakan kasus, akan tetapi penelitian di atas mengisyaratkan kemungkinan pembengkakan itu terjadi akibat masuknya bisa kadal. Lebih jauh, para ahli yang mendukung penelitian ini mengajak untuk meninjau kembali sistem klasifikasi kadal khususnya terkait dengan perkembangan kelenjar bisa pada reptil tersebut. Jika berhasil, penelitian ini dapat memperbaiki pemahaman mengenai evolusi kadal, ular dan bisanya.[1]

Kadal dan manusia

Kebanyakan kadal tidak berbahaya bagi manusia. Gigitannya, bahkan, jarang-jarang yang sampai dapat mengalirkan darah dari luka yang ditimbulkannya. Hanya jenis yang luar biasa besar, seperti biawak Komodo, yang bisa membunuh manusia dan hewan ternak. Kadal raksasa Gila dan kadal manik-manik Meksiko yang berbisa tidak selalu mematikan, meski luka yang diakibatkan oleh gigitannya dapat sangat menyakitkan. Umumnya kadal bahkan berguna bagi manusia karena mengendalikan aneka hama yang mengganggu; bernilai tinggi sebagai hewan peliharaan (pet); menghasilkan kulit untuk aneka bentuk kerajinan; dan ada pula yang dimakan.

Kadal juga penting dalam sebagian budaya dan mitologi suku-suku tradisional, misalnya di Australia dan Peru. Tidak mengherankan jika kadal kerap diterakan dalam simbol-simbol kesenian tradisional itu. [2]

Sebagian orang meyakini bahwa daging kadal dapat dipergunakan sebagai obat sakit kulit dan lain-lainnya. Kadal (biasanya kadal kebun, tokek, atau cecak) ditangkap atau dikail dengan mempergunakan umpan capung atau kupu-kupu. Setelah dibersihkan, daging kadal dibakar atau digoreng, dan dijadikan lauk makan.

jenis kelelawar

Kelelawar memiliki peranan yang penting dalam ekosistem, antara lain sebagai pengontrol serangga hama, penyerbuk bunga dan penyebar bijian serta penghasil guano yang dapat dimanfaatkan sebagai pupuk. Hewan ini bersifat nokturnal sehingga kelelawar memerlukan tempat bertengger (roosting area) ketika siang hari. Gua-gua di kawasan karst gunung sewu merupakan tempat yang cocok bagi roosting area kelelawar sehingga perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui jenis-jenis kelelawar yang menghuni gua-gua di kawasan tersebut. Penelitian ini dapat menambah data keanekaragaman jenis kelelawar penghuni gua kawasan tersebut dan karakteristik roosting area dalam gua.


Dari hasil penelitian menunjukkan adanya 4 spesies kelelawar dari Subordo Microchiroptera yang diketemukan di ketiga gua tersebut. Gua Wuni hanya diketemukan Rhinolophus pusillus, gua Bungkem dijumpai spesies Rhinolophus pusillus, Rhinolophus affinis dan Hipposideros galeritus. Sedangkan di gua Song Suren dijumpai Miniopterus magnater, Rhinolophus pusillus dan Rhinolophus affinis. Hasil ini menunjukkan bahwa keanekaragaman jenis kelelawar penghuni gua di kawasan ini sedikit dan di tiap gua dihuni oleh beberapa spesies yang sama dan ada yang berbeda. Roosting area dalam gua cenderung digunakan oleh kelelawar yang punya kemampuan ekolokasi. Keanekaragaman kelelawar tertinggi berada di gua horizontal karena bentukan gua ini menyediakan area roosting yang lebih banyak daripada gua vertikal. Tiap spesies kelelawar memiliki area spesifik dalam gua sebagai tempat roosting. Genus Hipposideros dan Rhinolophus cenderung berada di atap gua yang tinggi dan datar dengan sedikit ornamen pada zona gelap serta dalam koloni. Sedangkan genus Miniopterus berada di zona tengah dan gelap pada atap gua dengan tinggi yang hampir sama dengan kedua genus tadi. Keberadaan kelelawar dipengaruhi kondisi gua dan ada tidaknya aktivitas di dalam gua yang dapat mengganggu keberadaan kelelawar

kelelawar

Kelelawar
Rentang fosil: Paleosen Akhir - Saat ini

Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Mammalia
Infrakelas: Eutheria
Superordo: Laurasiatheria
Ordo: Chiroptera
Blumenbach, 1779
Subordo

Megachiroptera
Microchiroptera

Kelelawar adalah mamalia yang dapat terbang yang berasal dari ordo Chiroptera dengan kedua kaki depan yang berkembang menjadi sayap.


Klasifikasi

Lihat pula