Selasa, 28 Oktober 2008

biologi tentang paku laut tangal 24 oktober 2008

Paku laut
Paku laut, Acrostichum aureum   dari Labuan Bakti, Teupah Selatan, Simeulue
Paku laut, Acrostichum aureum
dari Labuan Bakti, Teupah Selatan, Simeulue
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Plantae
Divisi: Pteridophyta
Kelas: Pteridopsida
Ordo: Pteridales
Famili: Pteridaceae (Polypodiaceae)
Genus: Acrostichum
Spesies: A. aureum
Nama binomial
Acrostichum aureum
L., 1758

Paku laut adalah sejenis paku-pakuan berukuran besar, yang biasa tumbuh di tanah di bawah naungan hutan bakau atau lahan basah lainnya. Paku atau pakis ini juga dikenal dengan banyak nama lain seperti paku larat, papah, piai (Mal.: piai raya), paku hata diuk (Sd.), warakas, krakas, kakakeok (Jw.), rewayang (Hal.) dan lain-lain.[1] Nama-namanya dalam bahasa Inggris di antaranya golden leather fern, swamp fern, dan mangrove fern.

Daftar isi

[sembunyikan]

Pemerian botanis

Paku dalam rumpun yang besar, dapat mencapai tinggi 4 m, dan lebar rumpun yang kurang lebih sama. Batang pendek dan kekar, tegak, tertutupi oleh sisik-sisik besar kecoklatan.

Daun-daun majemuk menyirip, liat serupa kulit (jangat), panjangnya dapat mencapai 3 m, namun dengan tak lebih dari 30 pasang anak daun yang terletak tak beraturan dan, terkadang, renggang. Beberapa pasang (5 pasang atau lebih) anak daun di ujung kerap fertil dan berwarna karat atau kecoklatan, dengan sisi bawah yang tertutupi oleh banyak sporangia yang besar-besar. Anak-anak daun yang steril (mandul) berada di bagian bawah, lebih panjang dan berujung tumpul atau membulat, serta dengan tonjolan ujung kecil yang pendek.[2]

[sunting] Ekologi

Paku laut, tumbuh di antara tegakan rumbia di rawa dekat pantai

Tumbuh menahun, paku laut hidup di lingkungan hutan bakau (mangrove), rawa pantai, tambak, serta di sepanjang sungai, parit dan kanal dekat laut. Meski demikian, Acrostichum aureum tak seberapa tahan oleh penggenangan pasang air laut dan tak menyukai tanah-tanah dengan salinitas tinggi; tak sebagaimana kerabat dekatnya, A. speciosum.[2]

Meski bersifat halofit (halophytic), paku laut membutuhkan pasokan air tawar yang cukup agar dapat tumbuh optimal. Di tempat-tempat di mana frekuensi penggenangan pasang laut cukup tinggi (10-28 kali perbulan), pakis ini tumbuh kerdil atau bahkan sama sekali tak mau tumbuh. Terhadap penyinaran matahari, paku ini dapat mentolerir pelbagai kondisi seperti tumbuh di bawah naungan hingga ke tempat-tempat terbuka yang terik.[3] Bahkan, paku ini dapat menginvasi lahan-lahan bekas tebangan dan membentuk padang paku laut yang cukup luas.

Manfaat

Daun-daun paku laut yang dikeringkan dipergunakan sebagai atap rumah. Pucuknya yang muda juga dimanfaatkan sebagai sayuran di beberapa daerah.[1] Daun-daun yang tua dan juga akarnya digunakan

Tidak ada komentar: